Home > Articles, Uncategorized > INVESTOR JANGKA PANJANG

INVESTOR JANGKA PANJANG

Pelaku strategi ini boleh dibilang seorang investor sejati. Caranya Anda membeli saham perusahaan yang Anda anggap memiliki prospek. Tidak peduli saham itu nilainya turun, indeks anjlok, selama Anda yakin pada prospek perusahaan tersebut, saham itu Anda pegang terus sampai tua, bahkan kalau perlu bisa menjadi warisan untuk anak cucu. Contoh paling populer dari pemakai strategi ini adalah Warren Buffet.
    Setelah bertahun-tahun menjadi manusia terkaya sejagad, akhirnya dominasi Bill Gates harus tergeser oleh Warren Buffet sebagai manusia terkaya di dunia versi majalah Forbes. Kekayaan Buffet pada tahun 2008 sekitar US$ 62 miliar.
    Langkah strategis Buffet dimulai saat ia membeli saham perusahaan tekstil Berkshire Hathway pada tahun 1962 seharga US$ 8 per lembar.

Tiga tahun kemudian, ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut. Ia memasukkan uang perusahaan yang menganggur ke dalam investasi, misalnya dengan membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas dan makanan. Kini, setelah 46 tahun, saham kelas A Berkshire Hathaway telah meroket luar biasa, dan sempat mencapai US$ 150.000 per lembar saham. Melalui perusahaan ini pula, ia dapat menguasai saham beberapa perusahaan kelas dunia seperti Coca Cola, Anheuser-Busch, WellFargo dan Kraft Food.
    Strategi investasi Buffet sangat sederhana. Dia tak ingin dipusingkan oleh fluktuasi saham yang tiap hari terjadi dipasar saham. Warren Buffet fokus untuk membeli saham perusahaan yang punya potensi untuk berkembang, tetapi masih berharga murah untuk dibeli. Dengan demikian, langkah investasi Buffet sangat berbeda dari para spekulan atau trader. Seorang spekulan saham biasanya membeli saat harga rendah, berharap dan menunggu, lalu menjual kembali saat harga tinggi. Spekulan saham lebih fokus bermain untuk jangka pendek dan mendapatkan keuntungan berupa selisih dari harga jual dikurangi harga beli.
    Keputusan Buffet melakukan investasi didasarkan pada nilai fundamental perusahaan, dalam arti dapur perusahaan itu masih mengepul dengan baik, tidak pada kenaikan harga saham yang didongkrak alias “digoreng”. Warren Buffet tidak pusing dengan tabel, rumus grafis dan Analisis Teknikal. Hal yang lebih dianalisanya adalah fundamental perusahaan tersebut. Warren Buffet memegang saham (melakukan investasi) dalam jangka panjang dan tidak melakukan transaksi jual beli saham dalam jangka pendek.
    Selain itu, Warren Buffet hanya mau berinvestasi pada perusahaan yang bisnis atau produknya ia kenal dengan baik. Warren Buffet tidak pernah menggunakan prinsip “membeli saham” tetapi “membeli bisnis” (buying a business not share). Ia membeli saham Coca Cola dan tidak pernah menjualnya, walau saham Coca Cola sempat jatuh pada tahun 1998-1999, ia tetap melihat pada tren jangka panjang dan tetap mempertahankan saham Coca Cola hingga saat ini. Karena prinsip itu pula Buffet tidak pernah mau membeli saham Microsoft atau perusahaan dotcom.
    Walaupun risiko menjadi investor jangka panjang relatif kecil, namun bukan berarti tanpa risiko. Kebangkrutan dan krisis bisa menjadikan strategi investasi Anda berantakan. Contohnya, di tahun 1946 Anda membeli saham General Motor di pasar saham Amerika seharga 3 USD. Harga saham tersebut terus menerus naik hingga hampir mencapai 100 USD pada tahun 2000. Tetapi Anda biarkan saja sambil berharap saham tersebut naik terus. Namun karena krisis finansial di tahun 2008 tepatnya 10 November 2008 harga saham GM anjlok menjadi 3 USD. Artinya harga saham tersebut sama dengan harga 60 tahun lalu. Benar-benar 60 tahun penantian yang sia-sia.
    Dengan demikian, biarpun Anda investor jangka panjang disarankan untuk tetap melakukan evaluasi dan reposisi atas portofolio Anda.
Categories: Articles, Uncategorized
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment